Gananews|Banda Aceh-Daun sirih atau ranup cukup lekat dengan kehidupan masyarakat Aceh. Sirih dalam kehidupan masyarakat Aceh sudah sejak lama menjadi simbol untuk memuliakan tamu saat berkunjung ke rumah.
Untuk dikonsumsi Ranup dipadukan dengan bahan lain, seperti buah pinang, gambir, cengkeh dan kapur sirih. Semua bahan tersebut kemudian dibungkus dengan daun sirih, dan siap untuk dikunyah.
Selain dikonsumsi, daun sirih di Aceh juga dirangkai untuk dibawa dalam upacara tradisional di Aceh. Seni merangkai sirih ini tampil di Anjungan Pidie Jaya Komplek Taman Sulthanah Safiatuddin pada PKA 8 sebagai salah satu budaya daerah.
Perajin perangkai sirih Azizah menjelaskan di Pidie Jaya memiliki adat membawa rangkaian sirih sebagai seserahan pada saat acara lamaran, maupun pada saat antar pengantin. Hingga saat ini tradisi tersebut masih berlangsung, namun orang yang bisa merangkai sirih sudah jarang, katanya.
p
“Awalnya saya tertarik mempelajari merangkai sirih ini karena pernah saya lihat susunannya tidak rapi, dan bentuknya pun tidak jelas. Lalu sejak sekolah di SMA secara autodidak saya belajar untuk merangkai sirih, ” paparnya pada Jum’at (10/11/2023).
Ditambahkannya, sejak itu dia terus mengembangkan berbagai macam bentuk rangkaian sirih, sejak saat itu juga mulai banyak pesanan khususnya pada saat musim pesta pernikahan yang mengusung adat tradisional Pidie Jaya.
“Pertama kali saya buat rangkaian sirih bentuk kupiah Aceh yaitu kupiah Teuku Umar, lalu Pinto Aceh. Kemudian muncul lagi ide ke depan, saya mau merangkai bentuk motif Rumoh Aceh, Rencong Aceh, dan Lonceng Cakra Donya. Untuk membuat satu bentuk rangkaian sirih dibutuhkan 20 ikat sirih.
Sedangkan 1 ikat sirih terdiri dari 30 lembar daun sirih. Jenis sirih yang saya tahu, sirih biasa yang sering kita jumpai di pasaran, ada juga yang namanya Ranup Laseh warna hijaunya lebih pekat, ” urainya.
Sementara itu, jika Ranup mameh cara pengolahannya diawali dengan menumbuk kasar buah pinang yang sudah tua, ditambahkan gula merah atau gula pasir. Selanjutnya ditambahkan gambir, kencur, kapur sirih dan cengkeh supaya wangi aromanya.
“Mengonsumsi ranup ini sangat baik untuk kesehatan, seperti bisa membuat gigi kuat dan mengurangi atau menghilangkan bau mulut. Makanya kalau kita lihat orang tua di kampung giginya masih kuat, karena rajin makan sirih, ” ucap Azizah.
Untuk meneruskan tradisi merangkai sirih ini, Azizah juga dilibatkan oleh Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Pidie Jaya untuk mengajar di sekolah.
” Harapannya dengan kegiatan even PKA ini, seni tradisi merangkai sirih semakin banyak dikenal dan tidak punah. Semoga ada penerus dari generasi muda sehingga tradisi ini bisa terjaga dan lestari, ” demikian tutupnya.[Adv]