Gananews.com ( Aksi demonstrasi warga Aceh yang berlangsung di depan Kantor Bupati Aceh Utara, Kamis (25/12/2025), berujung ricuh. Massa turun ke jalan untuk menuntut pemerintah pusat dan daerah agar segera menetapkan bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh serta sejumlah wilayah di Sumatera sebagai bencana nasional.
Sejak pagi hari, ratusan warga telah memadati kawasan kantor bupati. Mereka membawa spanduk dan poster berisi tuntutan serta ungkapan keprihatinan atas lambannya penanganan bencana yang dinilai belum sebanding dengan besarnya dampak yang dirasakan masyarakat.
Dalam pantauan di lapangan, situasi aksi sempat tidak terkendali.
Ketegangan meningkat ketika aparat keamanan berupaya membubarkan massa yang bertahan di depan pintu gerbang kantor bupati.
Insiden saling dorong antara warga demonstran dan aparat TNI pun tak terhindarkan. Adu fisik terjadi di tengah kerumunan, memicu kepanikan di kalangan massa, termasuk perempuan dan anak-anak yang berada di sekitar lokasi aksi.
Sejumlah pendemo mengaku aparat bertindak represif dan anarkis saat membubarkan demonstrasi. Mereka menilai pendekatan kekerasan tidak seharusnya digunakan dalam aksi yang bertujuan menyuarakan
penderitaan rakyat korban bencana.
Bahkan, beberapa warga menyebut ada demonstran yang mengalami luka-luka. Mereka menduga luka tersebut disebabkan oleh tindakan aparat dan senjata yang dibawa saat pengamanan berlangsung.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak TNI maupun Pemerintah Kabupaten Aceh Utara terkait insiden bentrokan tersebut. Pihak berwenang juga belum memberikan penjelasan mengenai adanya korban luka dari kedua belah pihak.
Para pendemo menegaskan bahwa aksi yang mereka lakukan merupakan bentuk keprihatinan mendalam sekaligus desakan moral kepada pemerintah. Mereka menilai penetapan status bencana nasional sangat penting untuk mempercepat penyaluran bantuan dan pemulihan wilayah terdampak.
Menurut warga, banjir bandang dan longsor telah menyebabkan kerugian besar, mulai dari korban jiwa, rumah rusak, hingga lumpuhnya aktivitas ekonomi dan pendidikan. Kondisi ini membuat penderitaan masyarakat terus berkepanjangan.
Situasi di lokasi aksi akhirnya dapat dikendalikan setelah aparat tambahan dikerahkan. Massa secara perlahan membubarkan diri, meski suasana masih diwarnai ketegangan dan kekecewaan.
Warga berharap pemerintah pusat dan daerah tidak hanya fokus pada pengamanan, tetapi juga segera merespons tuntutan mereka secara serius. Mereka meminta agar kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada keselamatan dan pemulihan masyarakat terdampak bencana.
Para pendemo juga mendesak agar ke depan pemerintah mengedepankan pendekatan dialog dan kemanusiaan dalam menghadapi aspirasi rakyat. Dengan demikian, kejadian serupa diharapkan tidak kembali terulang, dan penanganan bencana dapat berjalan lebih cepat serta manusiawi.(**)






