Tekanan Besar, Rupiah Akan Berisiko

Gananews| Bursa Efek Jakrata-Sumber CNBC- Rupiah terpuruk 0,48% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.560/US$.

“Padahal, data yang dirilis Bank Indonesia kemarin menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2022, naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 113,1 dan menjadi rekor tertinggi.

Sayangnya data tersebut belum mampu mendongkrak kinerja rupiah. Para pelaku pasar menanti rilis data inflasi AS pada Jumat (10/6/2022). Sebelum rilis data tersebut, rupiah masih akan sulit menguat, apalagi indeks dolar AS pada perdagangan Kamis melesat hingga 0,75%.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Mei diperkirakan tumbuh 0,7% dari bulan sebelumnya ( month-to-month mtm), berdasarkan konsensus di Trading Economics. Kemudian CPI inti diramal tumbuh 0,5% (mtm) melambat dari sebelumnya 0,3% (mtm).

Kemudian secara tahunan (year-on-year yoy), inflasi diperkirakan tumbuh 8,3% di Mei, sama dengan bulan sebelumnya. Sedangkan inflasi inti tumbuh 5,9% (yoy), melambat dari April sebesar 6,2%.

Rilis data inflasi tersebut akan mempengaruhi ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed di tahun ini.

Secara teknikal rupiah yang disimbolkan USD/IDR kembali melemah setelah menyentuh menyentuh rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA100) di sekitar Rp 14.415/US$.

Pelemahan dalam 4 hari membuat rupiah kini kembali ke atas MA 50. Artinya rupiah bergerak di atas tiga MA lagi, tentunya tekanan lebih besar.

Namun, stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian mulai turun setelah mencapai wilayah overbought yang memberikan peluang rupiah menguat.

Selama bertahan di bawah resisten, ada peluang rupiah menguat ke Rp 14.520/US$ hingga Rp 14.500/US$.,”(##)