Warga Aceh di Denmark Gelar Doa Bersama untuk Mengenang Keluarga dan Syuhada

Gananews ( Sejumlah warga Aceh yang kini menetap di berbagai kota di Denmark berkumpul di kota Brovrt, tepatnya di kediaman Tgk. Lukman Tahir. Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga yang telah berpulang serta mengenang para syuhada yang telah berjuang.

Tgk. Lukman Tahir, yang dikenal sebagai mantan anggota Tripoli dan kini menjadi penasihat ASNLF (Aceh Sumatra National Liberation Front), menjadi tuan rumah acara tersebut. Meski telah tinggal di luar Aceh selama belasan tahun, semangatnya untuk menjaga resam adat dan budaya Aceh tetap kuat. Hal ini turut dirasakan oleh para warga Aceh di Denmark yang hadir dalam acara tersebut.

Kota Brovrt, yang terletak sekitar enam jam perjalanan darat dari Kopenhagen, ibu kota Denmark, menjadi lokasi pertemuan ini. Para warga Aceh datang dari berbagai penjuru Denmark, menempuh jarak yang tidak dekat sebagai wujud solidaritas dan kekompakan mereka. Kebersamaan ini mencerminkan betapa eratnya hubungan warga Aceh di perantauan.

Acara ini dimulai selepas shalat Asar berjamaah sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Meskipun berada di luar negeri, suasana penuh nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan Aceh sangat terasa dalam setiap rangkaian kegiatan. Hal ini menjadi bukti bahwa meski jauh dari tanah air, identitas dan nilai-nilai Aceh tetap dipegang teguh.

Inti dari acara ini adalah doa bersama atau “samadiah” untuk keluarga yang telah meninggal dunia. Dengan khidmat, para hadirin bersama-sama mendoakan agar para syuhada dan keluarga yang telah berpulang mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Suasana haru menyelimuti, dan rasa kebersamaan begitu terasa dalam setiap lantunan doa.

Sebagai tuan rumah, Tgk. Lukman Tahir memberikan sambutan hangat kepada para tamu yang hadir. Ia menyampaikan rasa terima kasih atas solidaritas yang ditunjukkan oleh komunitas Aceh di Denmark. Menurutnya, acara seperti ini penting untuk mempererat persaudaraan dan mencerminkan semangat persatuan yang masih kuat di kalangan diaspora Aceh.

Selain samadiah, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga Aceh yang sudah lama menetap di Denmark. Mereka saling bertukar kabar, mengenang kampung halaman, dan berdiskusi mengenai perkembangan terkini di Aceh. Acara ini menjadi ruang bagi mereka untuk terus menjaga ikatan batin dengan tanah kelahiran.

Salah satu hal yang menarik perhatian dalam acara ini adalah kehadiran bendera Bintang Bulan, simbol perjuangan Aceh Merdeka. Bendera tersebut berkibar kokoh di sebuah tiang, menjadi simbol kebanggaan dan identitas yang tetap dijaga meski jauh dari tanah air. Para hadirin merasa bangga bisa menyaksikan simbol ini, yang menjadi pengingat akan semangat perjuangan.

Acara seperti ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya Aceh di tengah kehidupan di perantauan. Para warga Aceh yang tinggal di Denmark berkomitmen untuk melestarikan nilai-nilai adat dan budaya Aceh, khususnya bagi generasi muda yang lahir di luar tanah kelahiran.

Dalam pertemuan tersebut, peserta acara saling berbagi cerita tentang pengalaman hidup di negeri rantau. Mereka bertukar pandangan dan berbagi pengalaman tentang cara menjaga tradisi Aceh di tengah budaya asing. Melalui acara ini, para hadirin merasa mendapatkan semangat baru untuk terus menjaga nilai-nilai Aceh dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut salah satu peserta, pertemuan seperti ini sangat penting untuk menguatkan identitas ke-Acehan di tengah diaspora. Ia berharap generasi muda yang lahir di Denmark bisa terus mengenal dan menjaga tradisi, budaya, serta bahasa Aceh agar tidak hilang meski berada di negeri orang.

Di akhir acara, para hadirin kembali bersama-sama melantunkan doa sebagai bentuk harapan dan ucapan syukur atas kebersamaan ini. Mereka berjanji untuk terus menjaga hubungan dan semangat persaudaraan sebagai komunitas Aceh di Denmark, berharap acara serupa bisa terus berlangsung di masa mendatang.(**)