Puluhan Gajah Liar Rusak Tanaman Petani di Bireuen

Gananews ( Puluhan gajah liar merusak tanaman petani di kawasan perkebunan Desa Pinto Rimba, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, sejak beberapa bulan terakhir. Peristiwa ini menimbulkan kerugian besar bagi para petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil kebun mereka.

Muslem, salah seorang petani, menyampaikan bahwa kawanan gajah liar tersebut sering muncul di area perkebunan Batee Lhee, Rampagoe, dan Seuneubok Punti yang tergabung dalam wilayah Desa Pinto Rimba. Gajah-gajah ini memakan dan merusak tanaman pisang serta pinang milik warga.

“Satu unit saung tempat kami berteduh juga dirusak oleh gajah liar itu. Kami sangat khawatir karena mereka terus kembali dan membuat kerusakan yang semakin parah,” ujar Muslem saat diwawancarai, Sabtu (27/12).

Muslem mengungkapkan bahwa kerusakan akibat gajah liar ini sudah berlangsung sejak setahun lalu. Namun, kerusakan paling parah terjadi dalam lima bulan terakhir. Kawanan gajah liar semakin sering muncul di kawasan perkebunan, terutama saat malam hari, sehingga membuat petani tidak berani menjaga kebun mereka.

Menurutnya, kebun pisang seluas lima hektare miliknya hancur total akibat ulah gajah liar. Tanaman pisang dan pinang yang seharusnya sudah mendekati masa panen kini tidak lagi bisa dimanfaatkan. “Kerugian kami tidak sedikit, tanaman ini merupakan sumber penghasilan utama,” keluhnya.

Kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya berdampak pada hasil pertanian, tetapi juga memengaruhi psikologis para petani. Mereka merasa tidak aman untuk bekerja di kebun karena takut akan serangan mendadak dari kawanan gajah tersebut.

Muslem berharap pihak terkait, termasuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan pemerintah daerah, segera mengambil tindakan untuk menangani konflik ini. Salah satu solusi yang diusulkan adalah menggiring gajah-gajah tersebut ke habitat yang jauh dari kawasan perkebunan warga.

“Kami minta agar gajah-gajah liar ini dipindahkan atau ditangkap dan dipindahkan ke tempat yang lebih aman, sehingga mereka tidak lagi berkeliaran di kebun kami,” tambah Muslem.

Selain itu, para petani di kawasan tersebut juga berharap adanya bantuan untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Mereka meminta agar pemerintah memberikan ganti rugi atau bantuan berupa bibit baru, sehingga kebun mereka dapat kembali produktif.

Konflik antara manusia dan gajah liar di wilayah ini bukanlah hal baru. Namun, intensitas kerusakan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan perlunya penanganan yang lebih serius. Para petani tidak dapat terus hidup dalam ketakutan dan kerugian.

BKSDA diharapkan segera turun tangan untuk mencari solusi terbaik, baik untuk melindungi kehidupan petani maupun menjaga kelestarian habitat gajah liar. Sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pihak-pihak terkait menjadi kunci utama untuk menyelesaikan konflik ini.

Jika dibiarkan tanpa solusi, konflik ini dapat memicu kerugian yang lebih besar, baik dari segi ekonomi maupun ekosistem. Langkah cepat dan strategis perlu dilakukan agar petani di Desa Pinto Rimba dapat kembali hidup dengan tenang dan produktif.”(*”)